MALUT, LK. com— Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, melaporkan sebanyak 17 kasus gizi buruk sepanjang 2021. Jumlah kasus ini membuat Haltim berada pada posisi 6 daerah di Malut dengan koleksi kasus gizi buruk tertinggi.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinas Kesehatan Haltim J. Muchlis mengatakan 17 penderita gizi buruk itu seluruhnya ter-update pada tahun 2021.”Dari 17 kasus gizi buruk tersebut tersebar di beberapa puskesmas yang ada di Haltim yakni Puskesmas Wayamli, Puskesmas Subaim, Puskesmas Pesisir Wayamli, Puskesmas Dodaga, Puskesmas Bicoli, Puskesmas Labi-labi dan Puskesmas Patlean,” tuturnya, Selasa (28/12).
Berdasarkan data Dinkes, pada Januari terdapat 2 kasus di Puskesmas Wayamli dan 2 kasus di Puskesmas Subaim. Bulan Februari terdapat 1 kasus di Puskesmas Pesisir Wayamli dan 1 kasus di Puskesmas Dodaga.
Lalu pada bulan Maret terdapat 1 kasus di Puskesmas Bicoli dan 1 kasus di Puskesmas Wayamli Pesisir. Bulan April 1 kasus di Puskesmas Wayamli Pesisir dan 1 kasus di Puskesmas Labi-labi.
Bulan Mei, di Puskesmas Dodaga terdapat 2 kasus. Lalu pada bulan Juni ditemukan 1 kasus di Puskesmas Buli dan 1 kasus di Puskesmas Patlean.
Pada Juli terdapat 1 kasus di Puskesmas Buli 1 kasus dan 1 kasus di Puskesmas Patlean. Pada September terdapat 1 kasus di Puskesmas Buli.
Untuk penanganan kasus gizi buruk sendiri sudah dilakukan intervensi langsung melalui supplier PMT secara ketat di setiap puskesmas untuk menekan angka gizi buruk.”Apabila ada perkembangan langsung dilaporkan ke Dinas Kesehatan,” tandas Muchlis.
Terpisah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan secara umum tren status gizi di Indonesia membaik pada 2021. Pasalnya, indikator angka ‘stunted’ (kurus) menurun 24,4 persen. Namun, ‘underweight’ (berat badan kurang) meningkat.
Angka ‘wasted’ atau berat badan sangat kurang juga makin menurun sejak 2018 dari 10,2 persen menjadi 7,1 persen, dengan angka obesitas yang juga semakin menurun pada anak-anak dari 8 persen menjadi 3,8 persen.
Menurutnya, Bali, DKI, Jakarta, dan Yogyakarta adalah provinsi dengan tingkat terendah untuk anak-anak berkategori ‘stunted’. Bali, Bengkulu, dan Jawa Barat adalah provinsi dengan tingkat ‘wasted’ yang terendah.
“Bali adalah provinsi dengan kategori ‘stunted’ ada di bawah 20 persen dan ‘wasted’ di bawah lima persen. Kita tahu bahwa capaian yang kita ingin raih adalah 20 persen untuk ‘stunted’ dan lima persen untuk ‘wasted’,” katanya, saat hadir secara virtual dalam peluncuran Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi dan Kota/Kabupaten 2021, Senin (27/12) dikutip dari Antara.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Nana Mulyana mengatakan studi status gizi Indonesia dilakukan di 34 provinsi di 514 kabupaten/kota dengan jumlah pengukuran berat badan balita sebanyak 153.228 peserta yang berasal dari 14 ribu blok sensus. (iel/Antara/ain)